Glider Content

23 September, 2010

Archaeobacteria

Dalam sistem klasifikasi pada sistem enam kingdom, Archaeobacteria termasuk dalam satu kingdom tersendiri. Yang termasuk Archaeobacteria, yaitu bakteri yang hidup di sumber air panas, di tempat berkadar garam tinggi, di tempat yang panas dan asam.
Archaeobacteria termasuk kelompok prokariotik. Pertama kali diidentifikasikan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Ada tiga kelompok dari Archaeobacteria, yaitu methanogens, halophiles, dan thermophiles.
Ciri-ciri Archaeobacteria Archaeobacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sel bersifat prokaryotik.
b. Lipida pada membran sel bercabang.
c. Tidak memiliki mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, dan lisosom.
d. Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi, dan asam.
e. Berukuran 0,1 m sampai 15 m, dan beberapa ada yang berbentuk filamen dengan panjang 200 m. f. Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram.
Archaeobacteria dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu:
a. Halophiles, yaitu lingkungan yang berkadar garam tinggi.
b. Methanogens, yaitu lingkungan yang memproduksi methan. Ini dapat ditemukan pada usus binatang.
c. Thermophiles, yaitu lingkungan yang mempunyai suhu tinggi. Dalam contoh konkrit kalian dapat menemukan Archaeobacteria di gletser, asap hitam, tanah rawa, kotoran, air laut, tanah dan saluran pencernaan makanan pada binatang seperti ruminansia, dan rayap. Terdapat juga pada saluran pencernaan makanan pada manusia. Walaupun demikian, Archaeobacteria biasanya tidak berbahaya bagi organisme lainnya dan tidak satu pun dikenal sebagai penyebab penyakit. Klasifikasi Archaeobacteria Menurut Woese, Kandler dan Wheelis, 1990, Archaeobacteria dibagi menjadi beberapa phylum, yaitu: a. Phylum Grenarchaeota b. Phylum Euryarchaeota c. Halobacteria d. Methanococci e. Methanophyri f. Archaeoglobi g. Thermococci h. Thermoplasmata i. Phylum Korarchaeota j. Phylum Nanoarchaeota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar